Catatan Ulang Tahun Seorang Suami (Ayah) – Terima Kasih Istriku
Hari ini 28 Juli 2022, 33 Tahun lalu. Aku terlahir ke Dunia ini tanpa membawa apa-apa dan bukan siapa-siapa. Liku kehidupan selama ini sudah dilalui, bahagia, sedih, suka, duka, susah, senang, puas dan kecewa. Bertambahnya usia hakikatnya adalah pengurangan jatah hidup di dunia ini. Ini adalah pengingat untuk diri saya sendiri untuk terus menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Usia yang harus semakin mampu memimpin diri sendiri. Usia yang harus semakin membawa istri menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Istriku..
Menjalani hidup bersamamu adalah mimpi ku yang menjadi nyata. Sudah banyak sekali yang kamu lakukan untukku dan keluarga kecil kita. Denganmu, aku tidak sabar menunggu perjalanan panjang keluarga kecil kita
Di hari spesial ini, izinkan aku untuk mengucapkan ‘Maaf’ untuk semua pertengkaran dan argumen, ‘Terima kasih’ untuk segala pengorbanan yang kamu berikan dan rasa cinta yang tak akan pernah hilang.
Istriku, terimakasih atas penerimaanmu.
Aku tak punya banyak pinta. Hanya saja, jika diijinkan, aku ingin hidup selama mungkin bersamamu dalam taat kepada Allah Swt. Jika ternyata kebersamaan kita tak lama di dunia ini, Semoga berlanjut dalam reuni akbar di surga-Nya bersama anak kita yang telah mendahului kita, aamiin.
Sungguh aku berharap di hari kelahiranku aku sudah resmi mendapat panggilan Ayah dari buah hati kita. Buah hati yang didamba-dambakan dan sangat ditunggu. Namun takdir berkata lain, Allah begitu sayang kepada buah hati kita, Allah memanggil buah hati kita lebih dulu. Terima Kasih istriku, engkau sudah menjaga, merawat dan berjuang mempertaruhkan nyawa demi menghadirkan buah hati kita ke Dunia meskipun sampai akhirnya Allah memanggil buah hati kita.
Istriku, saat ini kulihat wajahmu lelap dalam lelah-pejam matamu. Aku melihat ketulusan itu, aku menyaksikan cinta itu untuk buah hati kita. Dan aku, siap menyampaikannya jika kelak ditanya Tuhanku, “Rabbi, aku ridha dengannya.” Moga dengan saksiku, buah hati kita menunggu kita di dalam surga-Nya.
Istriku…
Kamu adalah nakhoda keluarga terbaik ku. Canda tawa kita berdua, suka duka kita berdua. Cobaan ujian kita berdua. Semua, sudah kita hadapi bersama, sudah kita lewati bersama. Pahit di masa lalu berbuah manis di masa kini. Aku sebagai suami kamu ikhlas mengayuh perahu ini; karena kamu nakhoda paling baik yang mengarahkan jalannya perahu ini. Maka, Apapun hingga kapanpun, semuanya akan kita hadapi bersama. Usia ku memang boleh menua. Tapi cinta ku kepadamu tak akan pernah using oleh waktu
Terima Kasih Istriku, Kau lah kado terbaik yang diberikan ALLAH di kehidupan ini
Comments