Motivasi

Surat Untuk Ayah

Sukabumi, 6 Januari 2012
 
 
Ku ingat yah…
Tentang bagaimana kau tunjukkanku cara mengikat tali sepatu, bagaimana diriku yang selalu salah dan membuatmu lelah selalu. Tak peduli bagaimana ku letih dan jenuh, guraumu membuatku paham arti sabar menjalani segala sesuatu dengan tulus apapun itu.
 
Ku ingat yah…
Tentang bagaimana kau ajarkanku mengayuh sepeda, bagaimana aku yang selalu goyah dan jatuh kan terluka. Tak peduli seperti apa ku menangis dan bermanja, perhatianmu membuatku paham arti tertatih menuju bahagia dan menjaga diri ketika kelak dewasa.
 
Ku ingat yah…
Ketika kau lukiskan perangai Muhammad kepadaku, yang membuat hati ini selalu rindu. Ketika kau ajarkanku Iqra’, yang membuat ucapan ini tak pernah mengeluh. Ketika kau peluk aku, dan ku juga memelukmu.
 
Caramu berbeda yah…
Tak seperti ayah mereka itu, kau tuntun aku keras untuk mengenal si lembut. Kau bimbing aku lantang menantang maut dan pantang berlutut, kau tinggalkanku sendiri agar manja tak lama terpaut, kau tuntun aku kuat hingga lemah pun takut.
 
Halusmu… Candamu… Tegasmu… Semua demi aku yang sampai kini masih tak berguna.
Hangatmu… Suaramu… Tegarmu… Segala demi aku yang hingga kini masih bermanja.
 
Ketika sedih menghampiriku dulu, kau pun perih menahan sembiluh. Berjalan di antara hujan menahan dingin angin denganmu, apapun kau lakukan demi senyum dan tawaku. Namun… Tak ada hal yang bisa ku lakukan kini, selain do’a dan lantunan Qur’an untukmu dari hati.
 
Kaulah yang ketiga setelah ibu dalam suara Nabi Mulia, namun tanpa tanganmu para Mujahid dan Syuhada takkan ada. Dari sosok seorang lelaki kuat para Ayah’lah mereka tercipta, dan bagiku… Dari sosokmu aku lebih mengenal dunia dan dengan wajahmu, aku melihat surga.
 
Ayahanda…
Ku sedih melihat ibu letih dan lemah, hatiku gerimis menatap pandangan kosong ketika ibu menata gambarmu di atas meja, jiwaku pecah ketika ibu mendoakanmu dengan air mata yang berjatuhan di atas sejadah.
 
Sampaikan juga pintaku ini pada Tuhan kita.
Allah Azza wa Jalla… Berikan padaku saja penyakit yang diderita ibunda, jadikan aku tameng ia yang tercinta. Angkat segala pedih perih di tubuhnya, ganti semua lelah dengan senyum ceria di wajah.
 
 
Teruntuk Ayahanda, nantikan kami di sana. Di tempat yang Allah telah janjikan terhadap hambanya yang shaleh dan shaleha. Akan kusiapkan bekal untukku menemukanmu di Jannah. Ayah, ana uhibbuka fillah.
 
Demi Allah yang menciptakan rasa yang peka, air mataku tertumpah kala surat untukmu ini tertera. Semoga ia menjadi pendamping do’a, betapa tak sampai hati tanpamu dan menatap ibu yang kini terbaring lemah. 
 
 
Siti Marlina
No comments yet! You be the first to comment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *