Dunia Kampus

PERANAN PENTING MAHASISWA BAG. 2 “MASYARAKAT KAMPUS SEBAGAI MASYARAKAT ILMIAH”



Sedikit kita review dari postingan saya sebelumnya yang berjudul peranan penting mahasiswa. dalam postingan saya sebelumnya, dijelaskan pengertian mahasiswa serta peranan mahasiswa. Saya akan ulas kembali peranan dan fungsi mahasiswa yang harus diketahui adalah sebagai berikut :

  1. Sebagai Iron Stock > Mahasiswa harus bisa menjadi pengganti
    pemimpin-pemimpin kita saat ini di masa depan. mahasiswa merupakan
    penerus bangsa dan calon pemimpin masa depan
  2. Agent of Change > Dituntut untuk menjadi agen perubahan. Maksudnya adalah, jika ada sesuatu
    yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu ternyata salah, mahasiswa
    dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya.
  3. Social Control > Harus mampu mengontrol sosial yang ada di lingkungan
    sekitar (lingkungan masyarakat). Jadi, selain pintar di bidang akademis,
    mahasiswa harus pintar juga dalam bersosialisasi dengan lingkungan.
  4. Moral Force > Diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang sudah ada. Jika
    di lingkungan sekitarnya terjadi hal-hal yang tak bermoral, maka
    mahasiswa dituntut untuk merubah serta meluruskan kembali sesuai dengan
    apa yang diharapkan.
Bagi yang belum membaca postingan sebelumnya silahkan klik disini 

Mahasiwa merupakan bagian dari masyarakat kampus. Masyarakat kampus adalah masyarakat Perguruan Tinggi paling tidak terdiri dari dosen, mahasiswa, dan seperangkat pengelola/pejabat struktural seperti rektorat, kaprodi, biro/bagian/urusan, dsb. Sebagai
masyarakat perguruan tinggi, masyarakat kampus disibukkan dengan
kegiatan intelektual (tri dharma perguruan tinggi: pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat). Kesibukan yang nyaris
tanpa henti ini menjadikan masyarakat kampus lebih bermartabat sekaligus
lebih beradab.

Disini saya akan coba menyoroti bagian terkecil dari masyarakat kampus yaitu mahasiswa (dalam postingan berikutnya saya akan coba membahas masyarakat kampus lainnya). Sebagaimana judul dari postingan ini “MASYARAKAT KAMPUS SEBAGAI MASYARAKAT ILMIAH” sebelumnya ada hal yang menarik untuk di simak dan di hayati bersama. 
Dalam bukunya “Masa Lalu yang
Membunuh Masa Depan”
, Yudi latif mengingat semasa di bangku kuliahnya di UNPAD.
Berikut ceritanya :

 
“Ada seorang teman
saya, yang waktu itu duduk sebangku dengan saya, biaya kostnya seratus lima
puluh ribu per bulan, cukup mahal bila di bandingkan dengan biaya kost saya
yang hanya dua ratus ribu per tahun… ternyata teman saya tidak sanggup untuk
membeli surat kabar dan setiap hari dia hanya ikut membaca surat kabar tersebut
di kostan saya sambil nimrung. Namun apa yang dia baca? Iklan film, lowongan
kerja atau paling banter berita olah raga… Saya kemudian bertemu dengan teman
saya orang Jerman yang kuliah di Unpad, kemudian dia bertanya, saya heran,
mengapa di Indonesia
ini begitu sering terjadi kasus-kasus pelarangan buku. Padahal, kalangan
mahasiswa saja yang konon merupakan kalangan masyarakat ilmiah, hanya sedikit
yang memiliki tradisi membaca. Mana mau kritis?
(hal. 204)
 
Kondisi mahasiswa tersebut diatas sering kita jumpai di setiap Perguruan Tinggi termasuk kondisi mahasiswa di Kampus IMWI (Institut Manajemen Wiyata Indonesia). Hal yang lucu juga terjadi pada salah satu mahasiswa yang ditanya oleh dosen mengenai tugasnya, mahasiswa tersebut menyatakan bahwa malas mengerjakan tugas karena malas membaca. sungguh sangat aneh dan  membuat saya merasa heran.

Budaya membaca dikalangan mahasiswa sangat lemah. padahal untuk menjunjung tri dharma Perguruan Tinggi (pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) tidak terlepas dari membaca terlebih dahulu. bagaimana mahasiswa bisa belajar kalau tidak membaca, bagaimana mahasiwa bisa meneliti kalau tidak membaca dan begitu pun pengabdian masyarakat.

Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah bukan jauh dari buku dan tradisi berfikir analis dan Kritis. Satu hal yang
menjadi kebiasaan dari mahasiswa sekarang yaitu tidak pernah bangga ketika membawa buku-buku
bacaan ilmiah untuk di baca di waktu-waktu luang atau cukup untuk sekedar
dikoleksi. Pertanyaannya, bagaimana mahasiswa bisa
kritis dan analisis?
Mahasiswa harus mempunyai tradisi Intelektual sebagai masyarakat kampus yang ilmiah. Karena tradisi intelektual merupakan modal kepekaan sosial sehingga Mahasiswa dapat dikatakan sebagai Agent of Change.

Salam Hangat bagi seluruh mahasiswa IMWI


Ce Gunawan, S.E


No comments yet! You be the first to comment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *